Harta Karun

“Ahh tidak, buku catatan kimiaku tertinggal!” teriak Dean. Rasa panik pun segera terlihat di wajahnya sebab hari itu ada PR yang harus dikumpulkan. “Gimana nih bukuku tertinggal di di kamar?” tanyanya pada Nolan, “Ayo kita kembali ke asrama saja untuk mengambil bukumu, paling tidak masih ada waktu sebelum bel masuk.”, kata Nolan. Akhirnya mereka berdua segera berlari meninggalkan kelas untuk mengambil buku, tapi sungguh malang nasib mereka, mereka harus dimarahi terlebih dahulu akibat menabrak tanaman Pak Arbi yang mengakibatkan mereka terlambat masuk kelas. Ketika sampai di kelas pelajaran sudah dimulai dan gara – gara itu mereka harus dihukum oleh guru mereka untuk tidak ikut jam pelajaran kimia. “Wah sia – sia nih kita mengambil buku kimiaku, malah kamu juga jadi ikut dihukum gara – gara aku.” kata Dean. “Itulah gunanya sahabat, teman. Haha.” kata Nolan.
            Ketika pelajaran Kimia selesai akhirnya mereka masuk. Dan saat itu juga ternyata ada anak baru yang pindah dari Chicago yang bernama Aluna. Namun dengan tak sengaja Dean menyenggol Aluna, “Oh, maaf aku tak sengaja menyenggolmu.”, kata Dean. “Ga apa – apa kok.” balas Aluna. “Oh iya kamu anak baru ya, namaku Dean dan ini temanku Nolan. Namamu siapa?” tanya Dean. “Namaku Aluna.” jawabnya malu. Lalu mereka terhanyut dalam obrolan yang menarik diantara mereka. Namun hal itu membuat rasa emosi Orlan. Seseorang yang tak pernah suka dengan Dean dan Nolan, apalagi mereka bisa segera dekat dengan Aluna. Akhirnya tak lama kemudian guru sudah datang yang membuat obrolan mereka terhenti dan mulai mengikuti pelajaran berikutnya. Dan ketika istirahat, tiba – tiba Dean dicegat oleh Orlan dan teman – temannya, tanpa sepatah katapun mereka segera memukuli Dean. Untungnya Nolan segera mengetahuinya, dan seperti anak muda pada umumnya akhirnya terjadilah perkelahian diantara mereka. Dan ketika Orlan dan teman – temannya lari. Namun kondisi Dean sudah luka – luka. Ketika Nolan membawanya ke kamar, Aluna mengetahuinya. “Nolan, ada apa dengan Dean?” tanya Aluna, “Dia habis dikeroyok oleh Orlan dan teman – temannya dan aku akan membawa ke kamarnya.” jawab Nolan. Hal itu membuat rasa kasihan Aluna muncul kepada Dean. Dan memang ternyata sejak pertama kali dia bertemu dengan Dean dia sudah jatuh hati padanya.
Beberapa hari kemudian Dean pun kembali mengikuti pelajaran dan itu selalu membuat Orlan kesal, sebab dia merasa kalau Dean adalah penghalang baginya untuk mendapatkan hati Aluna. Memang tak hanya Orlan saja yang menyukainya namun hampir sebagian anak menyukainya karena selain baik ia juga cantik parasnya dan menjadi primadona di asrama sekolah itu. Namun sikap Orlan terhadap Dean membuat Aluna benci terhadapnya.
Tiga bulan setelah kesembuhan Dean hubungan antara Dean, Aluna, dan Nolan sebagai sahabat semakin erat meski dalam hati Aluna Dean lebih dari seorang sahabat baginya. Suatu kali ketika mereka sedang bersama pandangan Aluna hanya tertuju pada Dean, dan hal itu juga membuat Nolan curiga bahwa Aluna memendam rasa pada Dean. Namun  Nolan tak pernah menanyakan soal itu pada Aluna karena takut menyinggung perasaannya.
Suatu hari ketika menjelang libur Natal Nolan mengajak Dean dan Aluna untuk camping bersama. Dan memang mereka bertiga hobi camping. seperti biasa ketika libur Natal semua murid di asrama pulang berlibur. Aluna, Dean dan Nolan pun  berencana bahwa acara camping mereka akan mereka lakukan seminggu sebelum liburan Natal berakhir. Dan ketika sudah berlibur di rumah masing – masing mereka bertiga pun sering chatting agar tak lepas komunikasi selama liburan. Suatu kali ketika mereka selesai chatting Nolan ingin mencari model pesawat kesayangannya ketika masih kecil. Ia pun mencarinya di dalam gudang rumahnya, dan ketika ia sedang mencarinya, ia menemukan sebuah peta yang yang amat tua dan sepertinya peta itu sebuah peta yang aneh untuk dimengerti simbol – simbolnya. Dan ketika ia tanyakan pada kekeknya ternyata peta itu merupakan peta yang pernah dibuat oleh kakek buyutnya selama berates – ratus tahun yang lalu bersama teman – temannya ketika ia sedang pergi ke pedalaman Suku Maya untuk menyimpan barang yang belum diketahui oleh siapapun. Karena ketika mereka selesai membuat petanya dan akan kembali ke Amerika mereka terbunuh oleh binatang buas dan hanya tinggal  dan kakeknya yang selamat dengan membawa peta itu. “Oh begitu ceritanya, Kek?”, tanya Nolan. “Iya benar, dan tak seorangpun mengetahui hal ini dan kejadian secara persisnya.”, jawab Kakek Nolan.
Hal itu membuat hati Nolan penasaran yang amat sangat tentang peta itu. Akhirnya, ketika ia memberitahu kepada Aluna dan Dean bahwa ia ingin membatalkan acara camping mereka dan mengutarakan niatnya untuk mencari benda yang ada di peta itu, malah Dean dan Aluna mendukungnya dan malah ingin ikut dalam petualangan yang akan mereka hadapi itu. Beberapa hari kemudian mereka bertiga mengepak peralatan dan bahan – bahan yang mereka butuhkan untuk pergi ke tempat yang ditunjukkan peta itu. Semuanya dimasukkan ke dalam tas carier mereka masing – masing.
Mereka memulai perjalanan mereka dari hutan Guatemala yang terletak di Amerika Tengah. Tapi ketika telah setengah hari mereka melakukan perjalanan dalam hutan mereka pun beristirahat sejenak dan mencoba untuk lebih memahami peta itu, namun ternyata Nolan tak dapat membaca tulisan yang berupa lambang dan gambar aneh. “Nolan, coba aku lihat petanya?” tanya Dean. Lalu segera Nolan memberikan petanya, ternyata lambang – lambang itu merupakan tulisan Heracruxt yang merupakan perpaduan antara huruf yang dibuat oleh Suku Maya dan Inka. “Apakah kamu bisa mengartikannya An?, tanya Nolan. “Sepertinya aku bisa membacanya”, jawab Dean.” TINGGI ADALAH SESUATU YANG DICARI”. “ Petunjuknya adalah kata – kata itu.” , kata Dean. Mereka bertiga tak ada yang bisa memecahkan maksud dari petunjuk itu.
Lalu sambil berusaha memecahkan maksud dari petunjuk itu mereka melanjutkan perjalanan mereka mengikuti peta itu. Melalui hutan Guatemala ini mereka cukup berhati – hati karena banyak pepohonan yang besar dan rindang. Lalu ketika hari sudah mulai malam, mereka pun mencari tempat yang baik untuk bermalam, dan menurut GPS Aluna di hutan itu ada tempat yang baik digunakan sebagai tempat bermalam. Tempat itu memang masih berada di dalam hutan, di tengah hutan itu terdapat sebuah sungai yang mengalir dan disekitar sungai itu pohonnya tak terlalu besar maka bintang malampun dapat terlihat oleh mereka. Akhirnya ketika mereka sampai di tempat itu segera mereka mendirikan shelter untuk bermalam dan mereka membuat perapian guna melindungi mereka kalau ada hewan buas yang menyerang mereka.
Ketika Nolan dan Dean sedang tidur, Aluna masih terjaga memandangi gemerlap bintang malam yang pada malam itu. Dan ketika Dean terbangun, ia melihat bahwa Aluna belum tidur, segera dia menghampirinya. “Lun, kenapa kamu tidak tidur?”, tanya Dean. “Aku belum mengantuk kok dan bintang – bintang ini sangat indah untuk.”, jawab Aluna. “Oh begitu ya. Boleh aku temani kamu di sini?” tanya Dean lagi. Alunapun dengan senang hati membiarkan Dean menemaninya malam itu. Dan obrolan pun terus menghiasi malam itu. Ketika sedang asyik mengobrol tak sengaja tangan Dean menyentuk tangan Aluna yang dingin. “Tanganmu dingin sekali Lun, kenapa tak kau pakai jaketmu?” tanya Dean penuh perhatian. Aluna tak menjawab segera Dean melepas jaketnya dan memakaikannya pada Aluna dan merangkulnya. Dan ketika itu Dean mulai mengatakan bahwa dirinya menyukai Aluna. Seketika itu Aluna pun terkaget kalau ternyata orang yang dicintainya juga mencintainya. “Aku juga menyukaimu Dean sejak aku pertama kali mengenalmu.”, jawab Aluna. Dan Dean pun menatap mata Aluna dengan penuh rasa sayang. Malam itu menjadi malam yang terindah bagi mereka berdua dengan bersatunya cinta mereka. Bintang – bintang di langit pun menjadi saksinya. Hingga akhirnya malam itu Aluna tertidur dalam pelukan Dean.
Paginya Nolan menemukan mereka masih tertidur di luar shelter bersama. Nolanpun hanya tersenyum senang karena kecurigaannya ternyata benar tentang Dean dan Aluna. “Wah – wah pasangan baru tidur di luar nih. Hahaha!”, canda Nolan yang membuat Dean dan Aluna terbangun. Wajah Alunapun memerah malu karena Nolan mengetahui bahwa mereka jadian. “Ah, sudahlah tak usah dibahas. Yang penting mari kita lanjutkan perjalanan ini.”, kata Dean mengalihkan pembicaraan. Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan tiba – tiba seekor srigala besar menyerang Dean yang sedang berjalan di belakang. Segera Nolan melempar pisau yang ada di pinggangnya tepat mengenai kepala srigala itu hingga mati, namun serigala itu telah membuat Dean terluka parah dan tak dapat berjalan karena kaki kirinya robek cukup panjang dan Aluna pun menatap Dean yang terluka. “Lun, jaga baik – baik Dean di sini aku akan cari tumbuhan yang bisa digunakan untuk obat lukanya.” , kata Nolan. “Baiklah, tapi jangan lama – lama ya.”, jawab Aluna. Nolan pun segera berlari mencari tanaman obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Dean. Luka itu menyebabkan Dean terlalu banyak mengeluarkan darah sehingga menyebabkan dia pingsan. Hal itu membuat Aluna semakin panik. Tak lama kemudian  Nolan kembali membawa beberapa macam tanaman obat, segera dia ramu tanaman itu dan diminumkannya kepada Dean. Namun Dean tak kunjung sadar.
Dalam kondisi seperti itu akhirnya Nolan menggendong Dean dan mencari tempat yang baik digunakan untuk beristirahat. Dan ketika Nolan dan Aluna tertidur karena kelelahan dalam perjalanan hari itu. Tiba – tiba secara perlahan Dean pun sadar dan tangannya menyentuh Aluna. Seketika itu Aluna pun terbangun dan berteriak senang,”Dean kamu sudah sadar?!”. Aluna sangat senang karena Dean telah sadar meski lukanya belum sembuh. Dan teriakan Aluna membuat Nolan juga ikut terbangun. Namun mereka dua hari bermalam di tempat itu agar kekuatan Dean bisa membaik. “Ayo kita lanjutkan perjalanan kita, jangan terlalu lama beristirahat. Aku sidah merasa lebih baik.”, seru Dean bersemangat. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan perlahan – lahan karena Dean masih terpincang – pincang jalannya. Hingga akhirnya peta itu membawa mereka pada sebuah piramida yang besar. “Hey, lihat peta itu menuju ke piramida itu..!!”, seru Aluna. “Benar..!!”, jawab Dean menanggapi Aluna. Ketika mereka sampai di piramida itu ternyata keadaan di peta dan di keadaan sebenarnya berbeda. “Ahh bagaimana ini, petanya tak sesuai dengan tempat ini..!!” gerutu Nolan. “Em..m, coba kita pecahkan dulu kata – kata yang ada di petanya.”, Aluna member saran pada Nolan. “Tinggi adalah sesuatu yang dicari. Apa maksudnya ya?”, tanya Nolan. Dalam kebingungan masing – masing lalu tiba – tiba Dean mengagetkan Aluna dan Nolan, “Aku mengerti maksudnya..!!”, seru Dean. “Apa maksudnya?” tanya Aluna dan Nolan hampir bersamaan. “Teman – teman kita sudah dekat dengan Piramida Matahari dan itu merupakan tempat yang tinggi dari kedudukan kita dan kita sedang mencari itu.”, jawab Dean. Lalu segeralah mereka bergegas pergi ke atas piramida itu meski harus bersusah payah karena Dean sedang terluka. Ketika mereka sampai di atas, mereka menemukan lambang – lambang lagi yang sama seperti yang ada di peta yang dapat diartikan  TIGA ADALAH ANGKA YANG BAGUS, TIGA ADALAH WAKTU YANG TEPAT, MATAHARI AKAN MENEMUKANNYA. Dean tak perlu waktu yang lama untuk memecahkan maksud dari petunjuk itu. “Mari kita tunggu hingga pukul 3 sore di tempat ini”, kata Dean dengan yakin.
Ketika jam tangan mereka telah menunjukkan pukul 3 sore, mereka segera kembali ke tempat mereka menemukan petunjuk baru mereka. Lalu terbentuklah bayangan mereka yang mengarahkan mereka ke arah timur. Merekapun berjalan mengikuti bayangan itu hingga akhirnya tak jauh dari piramida itu mereka menemukan sebuah batu yang bercelah sempit. Nolan pun yakin ada sesuatu di dalam celah batu itu, segera saja ia memasukkan tangannya ke dalam celah itu dan ternyata di dalam batu itu terdapat batu yang dapat digeser, ketika Nolan menggesernya, tiba – tiba sisi samping piramida itu terbuka. Ternyata terdapat sebuah goa yang tersembunyi di piramida itu.
Merekapun segera masuk ke dalam goa itu. “ Wah kau memang genius Dean. Goa ini sesuai dengan petanya.”, kata Nolan. Sungguh gelap dan menyeramkan suasana yang ada di dalam goa itu. Mereka terus berjalan mengikuti peta yang mereka bawa, hingga akhirnya membawa mereka pada sebuah jembatan tua yang menghubungkan sebuah celah yang dalamnya sangat gelap. Lalu Nolan berjalan menyeberangi jembatan itu terlebih dahulu dan diikuti oleh Aluna dan Dean. Namun ketika Dean telah sampai seberang dan Aluna masih menyisakan dua langkah menuju seberang, tiba – tiba jembatan itu terputus dan Aluna hampir terjatuh ke dalam jurang itu, tangan Dean pun segera meraih tangan Aluna. “Dean aku tak mau mati disini..!!”, teriak Aluna sambil menangis. “Aku takkan melepaskanmu, kalau kamu mati disini akupun juga akan menemanimu..!!”, jawab Dean. Dengan segera Nolan memberikan tali pada Aluna. Lalu bersama Dean, Nolan menarik Aluna keluar dari jurang itu. Segeralah Dean memeluk Aluna erat – erat untuk menghilangkan rasa takut yang dirasakan Aluna. Tak lama kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka, rintangan pun tak berhenti disitu saja. Tiba – tiba ketika mereka sedang berjalan terjadi sebuah guncangan yang berasal dari tekanan magma yang cukup besar yang mengakibatkan batu – batu yang ada pada langit – langit goa berjatuhan dan membuat Nolan terpisah dengan Aluna dan Dean. Namun karena batu – batu yang jatuh itu besar maka mereka tak dapat memindahkan batu – batu itu. Akhirnya Nolan berusaha mencari jalan keluar sendiri, begitu juda dengan Aluna dan Dean, dengan harapan mereka tetap bisa bertemu kembali.
Nolan terus berjalan mengikuti arah yang ditunjukkan peta. Hingga akhirnya ia menemui jalan buntu dan hanya terdapat sebuah tembok batu yang besar, sejenak ia berhenti dan mencoba mencari sesuatu yang dapat digunakan untuk melewati tembok itu. Ternyata di tembok itu terdapat gagang pintu dengan kombinasi angka yang harus ia pecahkan. Ia pun kebingungan karena tak ada petunjuk untuk mengetahui kombinasi pada tembok itu. Lalu ia mulai mencermati petanya kalau – kalau ada sesuatu yang menjadi petunjuk.
Sementara itu Dean dan Aluna juga sedang berusaha mencari jalan lain untuk keluar dari goa itu. Mereka hanya mengikuti jalan lain yang ada, meski mereka tak mengetahui ke arah mana mereka akan pergi melalui jalan itu. Tanpa mereka ketahui, mereka terperosok dan meluncur pada batu yang amat panjang lintasannya dan berkelok – kelok. Hingga akhirnya mereka jatuh pada sebuah tempat yang berbentuk kubus dengan ukiran – ukiran lambang yang sama dengan yang ada pada peta dan berlapis oleh emas murni. Setelah itu mereka terkagum oleh keindahan yang ada dalam tempat itu. Lalu ada sesuatu yang mengalihkan pandangan mereka pada satu titik,” Dean, lihat itu..!!”, seru Aluna,. “Apa?” tanya Dean sambil mengarahkan pandangannya kearah yang ditunjukkan Aluna. Seketika itu mereka berdua mendekati sebuah batu yang berukiran gambar – gambar aneh dan berwarna emas yang kilauannya menerangi seisi ruangan itu. Benda apa ini?”, tanya Dean. “Aku juga tidak tahu.”, jawab Aluna. Benda yang barusan mereka temukan lalu mereka simpan.
“Dean, bagaimana dengan keadaan Nolan ya?”, tanya Aluna sembari beristirahat. “Aku juga tak tahu, semoga saja dia baik – baik saja.”, jawab Dean. Lalu tiba – tiba terdengar suara teriakan yang berasal dari belakang mereka. “Nolan, kau tak apa – apa?”, tanya Aluna. Seketika itu Dean dan Aluna memeluk Nolan. “Aku baik – baik saja teman, jangan cemaskan aku. Hahaha.”, kata Nolan. Tiba – tiba Dean memotong obrolan mereka, “Hey, bagaimana kau bisa sampai di sini?” tanya Dean penasaran. “Cukup panjang sih ceritanya. Em..m begini, sewaktu kita berbisah tadi, aku terus berjalan mengikuti petanya sampai menemui sebuah tembok besar yang terdapat gagang pintu dengan angka – angka yang harus dikombinasikan agar tembok itu bisa terbuka, lalu aku mencobanya dan terbuka deh.”, jawab Nolan. “Semudah itukah kau membukanya?”, tanya Aluna. “Siapa bilang mudah. Aku harus benar – benar berpikir untuk menemukan kombinasi yang tepat agar temboknya terbuka, untungnya aku menemukan angka – agka yang sesuai pada peta, lalu aku coba untuk sesuaikan angka – angka itu. Dan ketika sudah terbuka tembok itu, dan aku baru berjalan tiga langkah tiba – tiba saja aku terperosok dan meluncur pada batu yang berkelok – kelok dan akhirnya sampai di sini.” jelas Nolan. “Hey, aku dan Aluna juga melewati batu yang berkelok – kelok untuk sampai di tempat ini.”, kata Dean “Oh iya,  aku menemukan benda ini di sini.”, sela Aluna sambil mengeluarkan batu itu dan memberikannya pada Nolan. Nolan pun terkesima melihat batu itu, tiba – tiba saja ia berjalan ke salah satu sudut sambil membawa batu itu. “Nolan, kamu mau kemana?, tanya Dean, namun Nolan tetap berjalan dan tak menjawab Dean. Segera Nolan berkata, ”Hey teman – teman, kemarilah. Aku menemukan sebuah surat..!!”. Aluna dan Dean pun segera menghampiri Nolan. Merekapun segera membacanya. Isinya:
Kepada keluarga keturunan Fredick,
Benda yang ada dalam tempat ini merupakan benda yang kami dapatkan ketika kami berada dalam kejaran Suku Maya. Dan batu ini merupakan batu yang kami ambil dari raja Suku Maya. Batu itu bernama Erck dan batu ini memiliki kekuatan supranatural yang dapat kamu gunakan ketika kamu benar – benar membutuhkannya.
Satu pesan terakhir bagi keluarga Fredick, pergunakanlah batu ini sebaik – baiknya.
  Arthur Fredick.
“Teman – teman, ternyata benar apa yang dikatakan kakekku kalau keturunanku menyimpan benda asing dan kita telah menemukannya” teriak Nolan mengagetkan. Namun ketika Nolan sedang memegang batu itu, tiba – tiba batu itu mengeluarkan cairan yang menetes pada luka Dean. “Lihat, lukaku sembuh..!!”, seru Dean. “Wow hebat, memang benar batu itu sangat berguna.”, jawab Nolan.
Namun dalam suasana kekaguman mereka pada Erck itu, tiba – tiba tempat itu berguncang dan mulai terasa panas, ternyata lava mulai muncul di setiap permukaan dinding yang ada. Kepanikanpun muncul, untunglah Aluna berhasil menemukan sebuah jalan yang membawa mereka keluar dari tempat itu. Segeralah mereka berlari menuju keluar. Lava terus bertambah dan mengikuti mereka. Hingga akhirnya mereka bertemu pada sebuah tembok yang terdapat pemutarnya. Segera saja mereka memutar pemutarnya dan terbukalah temboknya Namun ketika pemutarnya dilepaskan tembok itu segera jatuh dan tertutup lagi. “Baiklah, sudah jelas bahwa salah satu dari kita harus tinggal di sini untuk menahan pemutarnya agar tembok ini terbuka. Aku akan menahannya dan kalian pergilah keluar.”, kata Nolan “Tidak, Aku dan Aluna tak akan meninggalkanmu. Kita pergi bersama dan harus pulang bersama.”, bantah Dean.
Sementara mereka masih bertengkar, lava pun semakin mendekat. “Nolan, kenapa tak kita gunakan saja Erck itu, bukankah kita benar – benar membutuhkannya saat ini?”, tanya Aluna. “Benar kata Aluna, tak ada salahnya kita coba.”, tambah Dean. Lalu Nolan mencoba untuk menggunakan Erck itu agar mereka bisa keluar dari dalam piramida itu. Lalu secara tiba – tiba sebuah batu besar meluncur menabrak tembok itu dan membuat lobang pada tembok itu, Mereka bertiga segera berlari keluar. Lalu mereka menemui sebuah celah lalu satu per satu mereka loncat melewati celah itu. Ketika mereka berhasil melewati celah itu tiba – tiba tempat yang mereka pijak perlahan bergerak ke atas. “Hey, batunya bergerak.”, seru Aluna. Dan tak lama setelah Aluna berkata, segera saja batu itu bergerak ke atas dengan cepat. Dan mereka bertiga tersembur keluar dari dalam gunung berapi. “ Dimana kita?”, tanya Dean. “Sepertinya kita berada sangat jauh dari tempat dimana kita tadi masuk ke dalam goa.”, jawab Nolan. “Tapi, kita tadi masuk melalui goa, tapi mengapa kita keluar dari mulut gunung berapi ya?, tanya Aluna bingung. “Haha, mungkin karena Erck itu. “, jawab Dean
Beberapa menit kemudian baru mereka sadari bahwa mereka berada di salah satu gunung yang ada di Amerika Tengahn. Namun gunung itu tak bernama. “Ah, bagaimana kalau kita beri nama gunung Erck, karena berkat batu itulah kita bisa keluar dari gunung itu?” tanya Nolan, Dean dan Aluna menyetujui ide Nolan itu.”Tunggu, bagaimana kita akan pulang?”, tanya Nolan “Tenang saja teman, aku juga membawa peta Amerika Tengah”, jawab Aluna dengan tersenyum. Lalu mereka pun pulang dengan rasa senang atas petualangan yang luarbiasa di dalam bumi. Sejak saat itu hubungan Dean dengan Aluna semakin dekat.

“Dean, aku sayang kamu”, kata Aluna dengan tatapan penuh rasa sayang. Dean hanya tersenyum dan dengan penuh rasa sayang dia memegang tangan Aluna. “Lun, maukah kita berpetualang lagi berdua saja?” tanya Dean. “Hey, kalian tidak mengajakku,.!!”, sahut Nolan, namun mereka berdua tak menghiraukan Nolan. “Petualangan ke mana?”, tanya Aluna penasaran. Dean hanya tersenyum sambil melihat Aluna. “Hey, hey, aku mengerti apa yang ada di otakmu. Hahaha.”, canda Nolan.

Leave a comment